Saturday, October 22, 2011

Survival

Orang–orang yang senang bertualang, baik digunung, di hutan, atau ditempat-tempat lain, harus selalu sadar akan resiko yang ada pada kegiatan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman akan resiko yang mungkin didapat merupakan suatu faktor yang esensial dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan di alam terbuka. Resiko apa saja yang mungkin muncul, berkaitan erat dengan bahaya-bahaya yang terkandung dalam pelaksanaan kegiatan.
Secara umum, sumber bahaya dapat berasal dari diri kita sendiri (subjective danger) dan yang berasal dari lingkungan (objective danger). subjective danger misalnya keteledoran, persiapan yang asal-asalan, pengetahuan yang minimal, dan lain-lain. Karena sifatnya yang demikian, maka subjective danger ini masih berada dibawah penguasan atau masih dapat dikontrol objective danger merupakan bahaya yang mengancam dari luar diri kita, yang timbul dari lingkungan, misalnya gempa bumi, banjir, binatang buas, dll.
Bahaya diatas merupakan pengertian yang relatif sifatnya. Ada yang merupakan bahaya bagi orang tertentu tetapi sebaliknya menjadi hal yang menyenangkan bagi orang lain. Kongkritnya, bagi pencinta alam yangmenguasai dengan baik teknik-teknik dasar hidup dialam bebas, mendaki gunung berapi, menjelajahi hutan rimba, bermain diarus deras, merupakan hal yang menyenangkan. Tidak demikian bagi orang awam, mungkin kegiatan-kegiatan diatas akan dapat mencelakakan mereka.
Perlu diingat, bagaimanapun siapnya kita menghadapi berbagai resiko, suatu waktu mungkin kita terpaksa menghadapi situasi kritis yang tidak diinginkan. Situasi seperti ini merupakan hal yang tidak terduga. Dalam perjalanan mendaki gunung misalnya, kita dapat tersesat beberapa hari sementara bekal makanan sudah semakin menipis. Atau dalam suatu pelayaran, kapal kita tenggelam dan kita terapung-apung ditengah-tengah lautan. Kondisi-kondisi kritis/marjinal seperti ini dapat kita golongkan sebagai kondisi survival.

Hal-hal Yang Dihadapi
Pentingnya mempertahankan hidup (survival) berkaitan dengan munculnya kodisi kritis. Yang dapat dipertanyakan disini : Apa yang menyebabkan kondisi kritis tersebut muncul ? atau dengan perkataan lain, “aspek” apa yang akan kita hadapi dalam kondis survival ?. dalam kenyataannya hal-hal yang akan kita hadapi bergantung pada spesifikasi kondiso tersebut, misalnya tersesat di gurun pasir, hutan yang lebat dan basah atau di kutub atau muncul aspek-aspek yang berbeda. Namun di pihak lain, dapat ditentukan adanya kesamaan-kesamaan tertentu pada aspek yang akan muncul dalam setiap kondisi survival.

Secara umum, aspek-aspek itu dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan :

  1. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian/sendiri, bingung, tertekan, kebosanan, dll
  2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, lelah,dll
  3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, vegetasi, fauna,dll.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Aspek-aspek lingkungan dan fisioligis dapat mempengaruhi aspek psikologis. Aspek psikologis dan fisiologis akan muncul dari dalam diri kita sendiri sedang aspek lingkungan merupakan efek interaksi kita dengan lingkungan sekitar kita.

Modal Dasar Dalam Menghadapi Survival
Dalam beberapa kasus survival ada beberapa kesamaan yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mengatasi kondisi survival. Tentu saja selain pertolongan Tuhan atau nasib baik, ada tiga hal yang dapat di gunakan untuk mengatasi survival, yaitu:

  1. Semangat untuk mempertahankan hidup. Sering kali malahan ada orang awam ke alam terbuka mengalami bahaya pada kondisi yang parah, tetapi kerena keinginan untuk hidup, seolah-olah dia mendapatkan kekuatan yang berlebihan untuk mengatasi keadaan tsb. Jadi keyakinan yang kuat untuk mempertahankan hidup ini merupakan modal dasar yang penting dan dapat mempengaruhi modal dasar yang lain.
  2. Kesiapan diri. Artinya disini adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengantisipasi bahaya-bahaya survival. Misalnya : navigasi darat, P3K. tali Temoli, biologi praktis, Ilmu survival, iklim,medan, dan penaksiran, dll.
  3. Alat pendukung. Jumlah dan jenis peralatan yang dipunyai juga dapat mempengaruhi keberhasilan dalam survival. Survival tanpa peralatan apa-apa dengan survival yangdimiliki peralatan tentunya berbeda. Pada kasus survival maka nilai kegunaan sebuah pisau, atau kapak akan jauh lebih berharga bila dibandingkan kartu kredit, atau emas sekalipun. Jadi peralatan yang dipunyai pada saat akan mempengaruhi keberhasilan dan cara survival.
Tindakan Dalam Menghadapi Kondisi Survival
Usaha apa saja yang perlu kita lakukan agar keluar dari kondisi survival , dalam menguasia keadaan, dapat ditemukan dari kata kunci survival itu sendiri.
Setiap huruf dari kata “Survival” merupakan singkatan dari langkah-langkah yangharus kita ingat bila kita dihdapkan pada kodisi survival :

S : Size up the sitution (Sadarilah kondisi survival ini)

  • Bagaimana kesehatan teman-teman maupun diri sendiri.
  • Apakah ada yang cedera?
  • Berapa banyak persedian bahan makanan yang tersisa ?
  • Dalam lingkungan seperti apakah kita berada ?
U : Undue Haste Makes Waste (Usahakan untuk tetap tenang dan tabah)
Tindakan yang terburu-buru cenderung menghasilkan kesia-siaan. Berfikir dan bertindak dengan bijaksana. Setiap langkah yangkita putuskan harus dipikirkan dengan mendalam

R : Remember Where you are (kenali lingkungan Sekitar)
Pengenalan akan lingkungan/daerah sekitar memberikan rasa kenal yang berpengaruh terhadap rasa aman. Apapun yangkita putuskan untuk diam ataupun mencari bantuan. Pengenalan medan merupakan hal yang esensial.

V : Vanquih fear and panic (kuasai Rasa Panik)
Kusailah rasa takut dan panik. Merasa takut adalah normal dan perlu. Takut merupakan reaksi tubuh yang normal danberfungsi menyiapka tubuh dalam menghadapi kondisi. Perlu, dengan ini memberikan tambahan energi pada tubuh bilamana diperlukan. Namun rasa takut harus dikusai dan dikontrol. Bila tidak terkuasai mak rasa takut akan meningkat menjadi rasa panik. Panik akan mengkibatkan orang bertindak terburu-buru dan membuang energi. Panik juga dapat diakibatkan oleh rasa sepi, yang selanjutnya mengakibatkan putus asa.

I : Improvice
- Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah dengan mengisi waktu yang ada dengan kegiatan-kegiatan yang ditujukan pada usaha mengatasi kondisi survival.
- Menerima kondisi yang adalah dan berdasarkan hal itu, merencanakan, mengusahakan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan berimprovisasi.
- Ubahlah cara pandang terhadap apa yang ada. Inilah hal yang terpenting dalam berimprovisasi. Sebuah balok tidaklah sekedar sebuah balok, tetapi dapat menjadi bahan dasar bivak, api, pakaian, dsb.

V : Value living ( Hargailah hidup!)
- Merupakan hal yang penting dalam kondisi survival. Bagaimana sikap kita terhadap hidup akan mempengaruhi kemampuan untuk dapat bertahan
- Orang dapat bertahan/berimprovisasi, dan dengan itu keluar dari kondisi survival karena mereka menghargai hidup atau tidak berputus asa.

A : Act like the natives
Belajar dari penduduk setempat. Mereka lebih mengetahui dan menguasai medan. Jika bertemu dengan penduduk asli, bersikaplah ramah.

L : Learn basic skills
Balajar dan latihan teknik-teknik dasar. Jaminan yang terbaik adalah menguasai dan memahami teknik-teknik dan prosedur survival, sehingga merasuk dan dapat dikerjakan secara otomatis. Berlatih dan tambah/tingkatkan pengetahuan tentang survival

Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu
istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Dari kata-kat kunci di atas dapat disimpulkan bahwa survival lebih merupakan sikap mental dari pada penguasaan pengetahuan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa pengetahuan harus diabaikan.


Kebutuhan yang Harus Dipenuhi
Untuk menambah tenaga dan mempertahankan kondisi tubuh, serta usaha untuk terlepas dari kondis survival, ada lima kebutuhan yang harus diusahakan, yaitu :

1. Perlindungan Terhadap Ancaman.
Perlindungan tidak hanya berupa bangunan yang akan didirikan, tetapi termasuk juga perlindungan terhadap sakit atau cidera. Jadi kegiatan yang diusahakan adalah :

  • Perlindungan terhadap cuaca (panas, dingin, hujan, angin) dan faktor-faktor medan (gunung, lembah, rawa, tebing, sungai, dsb.)
  • Perlindungan terhadap ganguan binatang.
  • Perlindungan terhadap makanan/minuman yang membahayakan atau beracun.
  • Perlidungan yang berasal dari dalam tubuh kitasendiri.
  • Perlindungan terhadap penyakit/cidera ataupun semakin memburuknya penyakit/cedera tersebut (jika sudah kena).
Hal yang perlu diperhatikan adalah perlindungan terhadap cuaca dingin, karena hal ini yang paling sering mengakibatkan kematian bagi para pendaki. Udara yang dingin, hujan, angin, dapat mrmpengaruhi penurunan suhu tubuh kita. Bila penurunan suhu tubuh sampai lebih dari 30 C, maka dapat mengakibatkan kematian. Hal ini dapat terjadi tanpa disadari , disebabkan oleh proses respirasi, konduksi, konveksi, evaporasi, ataupun radiasi
Contoh Kasus :
Bila pakaian ita basah maka lama-kelamaan akan menjadi kering. Hal ini karena adanya permindahan panas dari tubuh kita kepakaian dengan cara konduksi.
Contoh lain adalah bila cuaca di sekitar kita dingin, lama-kelamaan seolah-olah kita terbiasa dengan suhu udara tersebut. Hal ini karena disekitar kita ada satu lapis udara yang dipanaskan oleh panas tubuh kita secara radiasi bila tiba-tiba angin bertiup kita akan merasakan udara yang dingin. karena udara yang telah kita panaskan bergeser dari sekitar tubuh kita dan jauhkan oleh udara bersuhu dingin. Dengan demikian tiap kali angin betiup kita akan merasakan dingin. Seandainya pada suatu kegiatan turun hujan dan pakaian kita basah, kemudian angin bertiup kencang, maka akan terjadi penurunan suhu tubuh dengan cepat kerena panas tubuh akan berpidah kepakaian secara konduksi dan adanya aliran udara menyebabkan peristiwa konveksi
Tanda-tanda terjadinya penurunan suhu tubuh pada seseorang adalah :
menggigil, kulit pucat dan dingin, terutama ujung-ujung jari, telinga, dan hidung. Kita akan dapatkan orang tersebut dengan posisi mendekatkan seluruh anggota tubuhnya keperut/dadanya. Bila keadaan ini berlangsung terus, maka orangtersebut akan pingsan dan kemudian meninggal. Cara mengatasi ancaman terhadap cuaca dingin ini termasuk salah satu dari teknik survival.
Pada dasarnya untuk mengatasi cuaca dingin adalah dengan memberikan perlindungan pada tubuh, baik dari dalam maupun dari luar.
Bentuk-bentuk pelindungan yang dapat diusahakan adalah :
Bivac

Tujuan membuat bivak adalah sebagai tempat perlindungan yang nyaman untuk melindungi diri faktor-faktor alam dan lingkungan yang ekstrim, yaitu : panas, dingin, basah, angin, binatang buas, dsb. Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam membuat bivak adalah :
- kondisi medan (punggungan, lembah, basah, kering, terbuka, tertutup)
- fasiltas alam yang menunjang disekitar kita (pohon, daun-daunan, gua, lubang) dan bahan yang kita bawa (ponco, jas hujan, plastik, dsb)
yang harus diingat dalam membuat bivac
- bivak jangan sampai bocor
- pilih lokasi yang baik
- jangan terlalu merusak alam sekitar,
Pakaian
Untuk menahan agar panas badan kita jangan terlalu banyak keluar, sebaiknya kita melindungi tubuh dengan pakaian tahan air dan tahan dingin.

2. Makanan
Salah satu penunjang bagi perlindungan tubuh yang berasal dari dalam adalah makanan yang dibutuhkan untuk menambah kalori, memberikan tenaga pada otot,dan menganti sel-sel atau jaringan yang rusak. Sumber makanan dapat kita peroleh dari tumbuhan dan binatang di daerah sekitar kita.


a. Makanan dari Hewan

Makanan yang bersumber dari hewan terutama yang dibutuhkan adanya kandungan lemak dan proteinnya. Golongan-golongan hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan adalah :

• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Yang menjadi masalah cara menangkapnya. Jangan sampai usaha untuk mendapatkannya menjadi terlalu melelahkan dan kemungkinam membuat kita putus asa.


b. Makanan dari Tumbuhan

Patokan memilih makanan :
  • Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
  • Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
  • Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
  • Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
  • Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
  • Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
  • Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
  • Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih

3. Api

Selain dapat menghangatkan tubuh, yanglebih penting adalah meningkatkan semangat psikologis. Seseorang yang dalam kondisis survival pertama kali akan memilih membuat api sebelum mengerjakan hal-hal yang lain. Fungsi api lainnya adalah ;

- penerangan

- memasak makanan/minuman
- membuat tanda atau kode
api kecil lebih hemat bahan bakar dan lebih mudah mengontrolnya. Tiga elemen yangharus diperhatikan dalam membuat api dapat digambarkan sebgai suatu segi tiga saling berhubungan.
Jika tidak mempunyai bahan yang mudah terbakar, harus kita siapkan bahanbakar disekitar kita , yaitu :
- potongan-potongan kecil kayu kering
- serbuk penyala
Panas yang menyebabkan timbulnya api dapat diperoleh dari korek api, lensapembesar, batu penyala, dll.

4. Air
Air merupakan prioritas dalam survival. Jika kita kekurangan air dapat mengakibatkan dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Dehidrasi ini terjadi karena adanya proses penguapan dari tubuh, dan dehidrasi yang berlebihan dapat menimbulkan kematian. Dari data statistic diperoleh : bila seseorang tidak mendapatkan air samasekali dalam waktu tiga hari maka dia akan terancam kematian. Cara mengatasi ialah kita harus minum cukup (sekitar 2 liter/hari). Bila kemudian persedian air habis, makakita harus mampu mencarinya.
hal yangperlu diperhatikan adalah jika air menjadi suatu masalah yang kritis jangan memakan sesuatu pun. Sebab air tidak hanya dipakai untuk melancarkan makanan melalui usus, tetapi juga melunakkan dan mancairkan makanan. Proses kimiawi antara makanan dan usus sendiri membutuhkan air.
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa
makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
  1. Hujan, Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
  2. Dari tanaman rambat/rotan, Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat, langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
  3. Dari tanaman, Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut,
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
  1. Air sungai besar
  2. Air sungai tergenang
  3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
  4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
  5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
5. Peralatan Pendukung dan Usaha Bekomunikasi dengan Pihak Luar
Pendukung kemampuan untuk tetap survive dalam kondisi survival. Betapa pentingnya peralatan yang sudah kita miliki sudah dijelaskan diatas, selain itu kita memerlukan dan mengusahakan peralatan lain yang mungkin dapat berguna dalam survival. Misalnya saja tali-tali yang terbuat dari akar pohon, pasak-pasak kecil dari kayu, dlsb.
a. Alat Bantu kemampuan survival
Senjata tajam merupakan alat Bantu yang utama. Dengan alat ini kita dapat membuat bivak, mencari kayu, membuat jerat, mencari air, dll. Alat pembuat api juga sangat membantu kita untuk bertahan.
b. Alat Bantu memberikan tanda
Yang membantu untuk memberikantanda kepada orag lain. Perlunya kita memberikan tanda ke orang lain (komunikasi darurat) dan mencari tanda-tanda keberadaan orag lain juga akan mempengaruhi keberhasilan kita dalam survival. Kalau dalam meliter ada pelajaran yang khusus mempelajari mencari jejak, membuat jejak tiruan, serta menghilangkan jejak agar tidak diketahui musuh, dsb. Beberapa prinsipnya dapat kita terapkan seperti membuat jejak pada tanah yang lembab dan basah, jalan setapak yang tanahnya tidak berumput atau sedikit serasahnya, dll. (akan dijelaskan dan dibahas di sub bab komunikasi). Dengan adanya tandatanda yang kitabuat, kemungkinan besar posisi kita akan dapat diketahui. Dan hal ini juga salah satu sarana kita untuk terlepas dari kondisi survival, dan kembali ke rumah . alat tersebut haruslah mampu menarik perhatian dan sukar ditiru oleh hewan/alam. Kunci keberhasialm kita untuk memberikan tanda-
tanda atau kode adalah membuat kontras dengan hal-hal sekitarnya
Hal ini menjadi tanda-tanda yang dapat dipakai untuk keadaan darurat misalnya :
- suara : peluit, teriakan, dll
- cahaya dan api
- kain atau bendera
- asap
(pelajari lebih mendetail pada Komunikasi Lapangan)
Pengambil Keputusan
Satu hal yang juga ikut menentukan lamanya kita mengami survival adalah tindakan yang akan kita lakukan.
Apakah kita dapat menetap (survival statis)
Atau bergerak mencari jalan keluar (survival dinamis)
Masing-masing mempunyai keuntungan sendiri. Jika kita ingin keluar, tentunya kita membutuhkan alat Bantu peta dan kompas, atau setidak-tidaknya pemahaman tentang daerah tersebut dan kemampuan kita bernavigasi dengan tanda-tanda alam. Keberhasilan dalam pengambilan keputusan dalam survival sangan tergantung pada pengalaman dan latar balakang orang yang mengalami survival.

TEKNIK BERBIVAC ALAM


 Bentuk-bentuk Bivac Alam


TEKNIK MENDAPATKAN AIR
1. Berdasarkan Penguapan

2. Dari Tumbuh-tumbuhan



3. Penyaringan Air




Teknik Membuat Perangkap

Friday, October 21, 2011

Navigasi Darat

NAVIGASI DASAR

Pendahuluan
Sebagai orang yang dekat dengan alam, pengetahuan mengenai peta, kompas serta penggunaannya mutlak harus dimiliki. Perjalanan ketempat-tempat jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan arau tersesat digunung dan hutan, serta bencana alam. Navigasi darat adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebenarnya maupun dipeta. Oleh sebab itu, pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya harus dipahami.

Peta
Secara umum, peta dinyatakan sebagai penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu. Peta sendiri kemudian berkembang sesuai kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat, umumnya dipakai Peta Topografi.
Peta Topografi (Rupabumi)
Kata topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti gambar.


Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk-bentuk garis kontur. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Pada peta topografi disertakan pula berbagai keterangan yang akan membantu mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan.
a. Judul Peta Judul peta terdapat pada bagian atas tengah peta. Judul peta penyatakan lokasi yang ditunjukan oleh peta yang bersangkutan. Lokasi berbeda maka judul berbeda pula.
b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan disebelah kanan atas peta. Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan daerah lain disekitar daerah yang dipetakan. Biasanya bagian bawah disertakan juga indeks nomor yang dicantumkam nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yag resmi dipakai ada dua, yaitu :
  1. Koordinat Geografis (geographical Coordinate); Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (Bujur Barat dan Bujur Timur) yang tegak lurus dengan khatulistiwa, dan garis lintag (Lintang Selatan dan Lintang Timur) yang sejajar dengan khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
  2. Koordinat Grid (grid Coordinate atau UTM); Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol ini terletak disebelah Barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari Selatan ke Utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari Barat ke Timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 4 angka untuk daerah yang luas atau 6 angka untuk daerah yang lebih sempit.
d. Kontur
Kontur adalah adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik sama dari muka laut.
e. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal pada lapangan.
1. Skala Angka

Contoh :
1 : 25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
1 : 50.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 50.000 cm (500 m) jarak horizontal di medan sebenarnya

2. Skala Garis
Contoh :

f. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun bembuatanya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.
g. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara peta. Cara paling mudah yaitu dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah tulisan adalah arah Utara peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah Utara peta, arah sebenarnya, dan utara magnetis. Untara sebenarnya menunjukan arah utara kutub bumi. Kutub utara megnetis menunjukan Kutub Utara magnetis bumi. Kutub utara magnetis bumi terletak tidak bertepatan dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di Jasirah Boothia. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ketahun. Utara magnetis adalah utara yang ditunjukan oleh jarum magnetis kompas. Untuk keperluan praktis utara peta, utara sebenarnya dan utara magnetis dapat dianggap sama.

Untuk keperluan yang lebih teliti, perlu dipertimbangkan adanya Ikhtilap peta, Ikhtilap magnetis, Ikhtilap peta magnetis dan variasi magnetis.
  1. Ikhtilap Peta; Adalah beda sudut antara Utara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.
  2. Ikhtilap Magnetis; Adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetis
  3. Ikhtilap Peta Magnetis; Adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetis bumi.
  4. Variasi Magnetik; Adalah perubahan/pergeseran letak kutub magnetic bumi pertahun

h. Legenda Peta
Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut. Yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, desa dan pemukiman, dll.

MEMBACA PETA
a. Sifat-sifat Garis Kontur
Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan menginterpretasikan peta, yaitu kemampuan membaca peta dan membayangkan keadaan medan sebenarnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa sifat garis kontur, sebagai berikut :
  • Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebutkan khusus hal-hal tertentu serta kawah.
  • Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.
  • Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapan kedua garis berubah.
  • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal/curam mempunyai kontur rapat.
b. Ketinggian Tempat.
Menentukan ketinggian suatu tempat dapat dilakukan dengan dua cara . cara pertama : lihat interval kontur peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada ketentuan umum : interval komtur = 1/2000 skala peta, tetapi itu tidak selalu benar. Beberapa Topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m) kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25m.
Dalam operasi SAR digunung hutan misalnya, sering peta diperbesar dengan cara diphotocopy. Untuk itu interval kontur harus tetap ditulis. Peta keluaran Bokosurtanal (1 : 50.000) membuat kontur tebal untuk tiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m, dst) atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1 : 50.000) membuat garis kontur untuk setiap kelipatan 100 m (missal 100, 200, 300 m, dst). Peta keluaran Diktorat Geologi Bandung tidak seragam untuk penentuan garis konturnya. Jadi tidak ada ketentuan khusus dan
seragam untuk menentukan garis kontur tebal.
Bila ketinggian kontur tidak dicamtumkan, maka harus dihitung dengan cara :
  1. Cari 2 titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum.
  2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
  3. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat ).
  4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. Bila kontur berada di bawahnya, harganya lebih kecil). Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari(3).
Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta Anda (kontur 1000,1250,1500, dan sebagianya) agar mudah mengingatnya.

c. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut titik triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat pada waktu pembuatan peta.

d. Mengenal Tanda Medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta topografi kita biasa menggunakan bentuk atan bentangan dalam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali dipeta, yang kita sebut sebagai tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum berangkat kelokasi, tetapi kemudian anda harus cari lokasi dan dicocokkan di peta.
  • Puncak gunung atau bukit, pegunungan, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan yang mencolok.
  • Punggung gunung/bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.
  • Lembah dipeta terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk “V” yang ujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.
  • Sadlle, daerah rendah dan luas terdapat antara dua ketinggian yang tidak terlalu ekstrim.
  • Col, merupakan daerah rendah dan sempit yang terdapat antara ketinggian.
  • Pass, merupakan celah yang memanjang yang membelah suatu ketinggian.
  • Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan, tebing-tebing ditepi sungai.
  • Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
  • Bila berada dipantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang yang menjorok kelaut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dan sebagianya.
  • Didaerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Pergunakan belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.
  • Dalam menyusuri sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, deta, dan sebagianya, dapat dijadikan tanda medan.
  • Pengertian tanda medan ini mutlak dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.
Kompas

Guna Kompas
Kompas adalah alat petunjuk arah. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan selalu menunjuk arah Utara-Selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lain selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjukan oleh jarum kompas tersebut adalah arah Utara Magnetis bumi. Jadi bukan utara bumi sebenarnya.

Bagian-bagian kompas
Secara fisik, kompas terdiri dari :
  • Badan,tempat komponen-koponen kompas lainnya berada.
  • Jarum, selalu menunjukan arah Utara - Selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat, kompas tidak dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak terhambat perputarannya).
  • Skala Petunjuk, menunjukan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis-jenis Kompas
Banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan dipeta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris (segitiga). Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan peta.kompas yang baik pada ujung jarumnya dilapis fosfor agar dapat terlihat dalam keadaaan gelap.

Pemakaian Kompas
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam pemakaian kompas pelu dijauhkan dari pengaruh-pengaruh benda-benda yang mengandung logam seperti pisau, golok,karabiner, tiang benda, jam tangan,dll. Benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Teknik Peta Kompas
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis, menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai ataupun tanda-tanda medan lainnya. Atau dengan mengamati kondisi bentangan alam yang terlihat dan mencocokkannya dengan gambaran kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis, utara kompas (utara magnetis)dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya, tanpa memperhitung adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :
  • Cari tempat yang pemandangannya terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  • Letakkan peta pada bidang datar.
  • Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentangan alam yang dihadapi.
  • Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut didalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.
  • Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun dipeta. Ingat hal-hal yag khas dari setiap tanda medan.
Resection
Prinsip resection : menentukan posisi kita dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak seluruh tanda medan harus dibidik, jika kita sedang berada ditepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari satu tanda medan lain yang dibidik.
Langkah-langkah resection :
  • Lakukan orientasi peta
  • Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal dua buah.
  • Dengan busur dan penggaris, buat salip sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.
  • Bidik tanda medan tersebut dari posisi kita.
  • Pindahkan sudut bidikan yang didapat kepeta, dan hitung sudut pelurusnya
  • Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tesebut adalah posisi kita dipeta.


Intersection
Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita harus sudah yakin pada posisi kita dipeta.
Langkah-langkah melakukan intersection:
  • lakukan orientasi, dan pastikan posisi kita
  • bidik objek yang kita amati.
  • Pindahkan sudut yang didapat dipeta
  • Bergerak keposisi lain, dan pastikan posisi tersebut dipeta. Lakukan langkah 2 dan 3
  • Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi objek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita bejalan dari satu titik ketitik lain dengan sudut kompas yang tetap (istilah populernya “potong kompas”), maka harus diusahakan agar lintasannya berupa satu garis lurus.untuk itu digunakan teknik back-azimuth.
Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas muka dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkah :
  • Titik awal dan titik akhir perjalanan diplot dipeta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal., kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back-azimuth.
  • Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan (pohon besar, pohon tumbang, longsor tebing, susunan pohon khas, ujung kampung, dan sebagianya.
  • Bidik kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas). Perhatikan tanda medan lain diujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.
  • Setelah sampai pada titik medan itu, bidik kompas kembali kebelakang (sudut back-azimuth) untuk mencek apakah anda berada pada lintasan yang diinginkan. Bergeserlah kekiri atau kekanan untuk mendapatkan “back-azimuth yang benar”
  • Sering kali tidak ada tanda medan yang dijadikan sasaran. Dalam hal ini anda seorang rekan dapat berfungsi sebagai tanda tersebut.


Analisa Perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui, denan cara mempelajari peta yang dipakai. Yang perlu dianalisa adalah jarak, waktu, dan tanda-tanda medan.
1. Jarak
Jarak diperkirakan dangan menganalisa dan mempelajari peta. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jarak sebenarnya yang ditempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikan dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
2. Waktu
Bila sudah dapat memperkirakan jarak, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Ada teori klasik untuk memperkirakan waktu tempuh ini, yaitu Hukum Naismith (lihat Ilmu Penaksiran)
3. Tanda Medan
Cari dan ingat tanda-tanda medan di peta yang mungkin bisa menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
4. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa petanda salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambar dipeta, karena sungai itu kering dimusim panas. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lainnya yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidak sesuaian antara peta dengan kondisi dilapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, cari tanda-tanda medan yang bisa dikenali. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada dipeta sehingga hal-hal lainyangdapat dianalisa akan terlupakan.
Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, menyusuri sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.

ALTIMETER
Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi kompas sering tidak banyak digunakan, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
- Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.
- Altimeter sangat sensitive terhadap guncangan, cuaca, dan perubahan temperature.


Menentukan Arah Tanpa Kompas
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menetukan arah apabila kompas tidak tersedia atau tidak dapat berfungsi :
1. Dengan tanda-tanda alam
Misalnya :
Kuburan Islam menghadap keutara
Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap kebarat laut.
Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena sinar matahari yang belum terik pada pagi hari.
2. Dengan bayangan
Ada dua cara, keduanya dapat dipakai kapan saja selama ada cahaya matahari .
  • Pada lokasi datar dan terbuka, tancapkan tongkat (sekitas 1 meter) kedalam tanah, usahakan selurus mungkin. Tandai bayangannya sebagai satu titik. Tunggu sekitar 15 menit, dan tandai lagi bayangan yang baru. Hubungkan antara kedua titik, dan baris ini menunjukan arah barat (titik pertama) dan timur (titik kedua). Arah utara dapat ditentukan dari arah barat dan timur .
  • Cara kedua menghasilkan arah yang lebih teliti, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama. Sama seperti cara sebelumnya, namun tanda bayangan pertama didapat dipagi hari. Gambarkan busur dari titik tersebut dengan tongkat sebagai pusatnya. Pada siang hari bayangan akan memendek dan memanjang kembali pada sore hari. Garis antara kedua titik tersebut menunjukan arah barat (titik pada pagi hari) dan timur (pada titik sore hari)
3. Dengan Perbintangan
- Perhatikan arah bulan , bintang dan matahari yang terbit dari timur dan terbenam dibarat.
- Perhatikan rasi bintang crux (Bintang Salip atau Gubug Penceng). Perpanjangan garis diagonal yang memotong horizon dari tempa kita adalah selatan.

Tempat Memperoleh Peta Topografi
Saat ini ada 3 instansi yang dapat mengeluarkan peta topografi untuk masyarakat umum, yaitu :
  1. Direktorat Geologi Jalan Diponegoro No. 57 Bandung; Direktorat Geologi merupakan beberapa seri peta topografi yaitu : peta buatan Dinas Topografi Belanda (Topografische Dienst, Batavia dan Topografische Inliching, Batavia) hasil pemetaan tahun 1920-an.
  2. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal) di Cibinong, Jawa Barat. Bakorsurtanal menerbitkan peta topografi seri tersendiri yang dibuat tahun 1970-an, dan merupakan peta berwarna. Peta Sumatera 1 : 50.000 berwarna hampir seluruhnya selesai. Untuk Jawa akan diterbitkan peta 1 : 25.000 berwarna, namun baru sampai daerah ujung kulon. Irian 1 : 100.000 bekerjasama dengan Australia dan Inggris, berwarna.
  3. Pusat Survey dan Pemetaan TNI (PUSURTA), mempunyai dan membuat peta topografi yang rinci. Permohonan harus menggunakan izin khusus